LAPORAN
PRAKTIKUM
SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS
(GKP 0301)
SIG I: BASIS
DATA
Disusun
Oleh :
Nam : Martius Dwi Astuti
NIM : 10/297849/GE/6781
Hari
& Jam : Kamis/
07.00-10.00
Asisten :1.Pendi Tri Sutrisno
2. Fedi Astuti H
3. Ridwan Ardiyanto
4. Habibullah
LABORATURIUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS
GEOGRAFI
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Pada praktikum sistem informasi
geografi saat ini mahasiswa di perkenalkan tetang basis data dengan tujuan
sebagai berikut :
1.
Mahasiswa
mampu memahami tentang manajemen data.
2.
Mahasiswa
mampu membuat data digital.
3.
Mahasiswa
mampu memahami desain basisdata (database) SIG
menggunakan software ArcGIS 9.3
4.
Mahasiswa
mampu memahami beberapa teknik masukan data SIG
5.
Mahasiswa
mampu memahami manipulasi dan manajemen basisdata SIG
6.
Mahasiswa
mampu memahami pembuatan peta, layout, dan komposisi
peta
7.
Mahasiswa
mampu menganalisis data sederhana.
1.2 Alat dan Bahan
Alat :
1.
Seperangkat komputer (CPU,
monitor, keyboard, dan mouse)
2.
Software ArcGIS 9.3
3.
Global Position System (GPS)
4.
PDA
5.
MMC/Sdcard
6.
Alat tulis
Bahan :
1.
Peta administrasi provinsi DIY
2.
Peta hujan provinsi DIY
3.
Peta tanah provinsi DIY
4.
Peta lereng provinsi DIY
5.
PODES provinsi DIY
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Konsep Dasar SIG
Data yang mempresentasikan dunia nyata (real world)
dapat disimpan, dimanipulasi, diproses, dan dipresentasikan dalam bentuk yang
lebih sederhana dengan layer-layer tematik yang direalisasikan dengan lokasi-
lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dapat dipergunakan untuk pemecahan
banyak masalah–masalah dunia nyata seperti dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan menyangkut data kebumian.
Dalam perkembangannya saat ini, informasi yang bersifat
spasial tersebut menjadi dasar bagi analisa geografi modern. Penyampaian
informasi dikemas dalam sebuah sistem informasi spasial yaitu sistem informasi
geografis (Geographic Information System). Kerumitan fakta fenomena
geografis teramat sulit untuk digambarkan secara deskriptif belaka terutama
dalam kaitannya dengan perkiraan fenomena-fenomena yang akan terjadi sebagai
akibat dari fenomena tersebut di masa sekarang. Pendekatan yang komprehensif
dilakukan dengan penggambaran spasial menjadi sebuah peta baik manual maupun
digital. SIG menggabungkan analisis spasial dengan penjabaran deskriptif
sehingga dalam perkembangannya SIG banyak digunakan sebagai alat ataupun cara
pandang dalam penyelesaian permasalahan di berbagai bidang. Informasi yang
dihasilkan dalam SIG memberikan gambaran yang komprehensif, menyeluruh,
sekaligus memberikan kemudahan dalam pendekatan terhadap fenomena geografi.
2.2
Pengertian SIG
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information
System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi
berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau
informasi geografis (Aronoff, 1989). SIG mempunyai batasan, antara lain: SIG
adalah sistem penanganan data keruangan (Marble
et al, 1983). SIG adalah alat yang bermanfaat untuk pengumpulan,
penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan, pengubahan dan penayangan
data keruangan yang berasal dari dunia nyata (Barrough, 1986). SIG adalah sistem informasi, referensi internal,
otomatisasi, dan keruangan (Berry).
Yang lain berpendapat bahwa SIG adalah sistem komputer suatu data yang penting
(Calkin dan Tomlinson, 1984).
Secara umum pengertian SIG adalah “Suatu
komponen yang terdiri dari perangkat
keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja
bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,
mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data
dalam suatu informasi berbasis geografis”. Pada dasarnya SIG dapat dikerjakan
secara manual. Namun dalam pembahasan selanjutnya SIG akan selalu diasosiasikan
dengan sistem yang berbasis komputer.
SIG yang
berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis yang tersedia
merupakan data dalam jumlah dan ukuran besar, dan terdiri dari banyak tema yang
saling berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data
pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial.
Ini adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang
memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga
aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan, seperti lokasi, kondisi,
trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya.
Alasan
GIS dibutuhkan adalah karena untuk data spatial penanganannya sangat sulit
terutama karena peta dan data statistik cepat kadaluarsa sehingga tidak ada
pelayanan penyediaan data dan informasi yang diberikan menjadi tidak akurat.
Dengan demikian, GIS diharapkan mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang
diinginkan yaitu:
1. penanganan data geospasial
menjadi lebih baik dalam format baku
2. revisi dan pemutakhiran data
menjadi lebih muda
3. data geospasial dan
informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa dan
direpresentasikan.
4. menjadi produk yang mempunyai
nila tambah
5. kemampuan menukar data geospasial
6. penghematan waktu dan biaya
7. keputusan yang diambil menjadi
lebih baik.
ESRI, 1990 mendefinisikan SIG sebagai suatu kumpulan
yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi
dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan,
mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi
yang bereferensi geografi.
SIG memiliki banyak nama alternatif yang sudah digunakan
bertahun-tahun menurut cakupan aplikasi dan bidang khusus masing-masing,
sebagai berikut:
·
Sistem Informasi Lahan (Land Information System – LIS)
·
Pemetaan terautomatisasi dan
Pengolahan Fasilitas (AM/FM–Automated Mapping and Facilities Management)
·
Sistem Informasi Lingkungan (Environment Information System)
·
Sistem Penanganan Data
Keruangan (Spatial Data Handling System)
SIG kini menjadi disiplin ilmu yang independen dengan
nama “Geomatic”, “Geoinformatics“, atau “Geospatial Information Science“ yang
digunakan pada berbagai departemen pemerintahan dan universitas.
2.3 Sejarah Perkembangan
SIG
Sistem informasi geografis (SIG) pertama pada tahun 1960
yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis. . Sebagai
contoh SIG digunakan pada tahun 1960-1n dan tahun 1970an:
·
Computer Mapping di Universitas
Edinburg, laboratorium Universitas Harvard untuk komputer grafis dan unit
eksperimen kartografis (Coppo ck 1988;
Chrisman 1988; Rhind 1988)
·
Canada Land nventory dan The
Subsequent development of the Canada Geographic information System (Tomlinson)
·
Publikasi dari Lan McHarg’s
“Design with nature” yang berisi tentang metode overlay peta untuk analisis
tertentu (Mc Harg’s 1969)
40 Tahun kemudian perkembangan GIS berkembang tidak hanya bertujuan
untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi sudah merambah ke
berbagai bidang seperti:
• analisis penyakit epidemik (demam
berdarah)
• analisis kejahatan (kerusuhan)
• navigasi dan vehicle routing
(lintasan terpendek)
• analisis bisnis (sistem stock dan
distribusi)
• urban (tata kota) dan regional
planning (tata ruang wilayah)
• peneliti: spatial data exploration
• utility (listrik, PAM, telpon)
inventory and management
• pertahanan (military simulation), dll
Untuk beberapa tahun SIG menjadi sesuatu yang sulit,
mahal dan harus mendapat lisensi dari pemiliknya jika ingin menggunakannya.
Dengan adanya Graphicular User Interface (GUI), dengan perangkat keras dan
perangkat lunak dengan kekuatan optimal, dan data digital yang diperluas untuk
aplikasi SIG dan membawa SIG menjadi sesuatu yang berkembang sangat pesat pada
tahun 1990-an.
Berdasarkan survey (Crockett,
1997) yang mendominasi perangkat lunak SIG yaitu ESRI dan Intergraph. Kedua
perusahaan itu memimpin industri SIG terutama pada software SIG pada tahun
2000.
Produk utama dari ESRI yaitu ArcGIS, ArcVIEW, ArcINFO,
dan ArcEDITOR. Dari perkembangan pesat komponen-komponen SIG baik perangkat
lunak maupun perangkat keras, akan mempermudah dalam menangani permasalahan
yang berkaitan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).
2.4 Posisi SIG dalam
Sistem Informasi
Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer
berkembang pula banyak sistem informasi. Masing-masing sistem informasi
tersebut memiliki karakteristik yang tertentu yang mencirikan fungsi dan
kemampuan sistem informasi tersebut. Sistem informasi yang ada biasanya
berbasiskan pada teknologi digital komputer dengan aplikasi bidang tertentu.
Dalam masyarakat sistem informasi ini, SIG menjadi salah satu sistem informasi
yang banyak digunakan.
Sistem
informasi geografis (SIG) memiliki karakteristik pendekatan dan analisis secara
spasial. Cara pandang spasial ini yang pada akhirnya memudahkan pengguna sistem
informasi melakukan pendekatan, pemahaman dan pengambilan kesimpulan terhadap
sebuah permasalahan yang muncul dari sebuah fenomena. Kemampuan SIG dalam
pengolahan basisdata non spasial dan menggabungkannya dengan data spasial yang
ada meningkatkan kemampuan performa SIG dibandingkan sistem informasi lain yang
ada.
Untuk
memahami posisi keberadaan SIG dibandingkan sistem informasi-sistem informasi
lainnya dapat dilihat pada bagan berikut.
*) Land Information
System
Dari bagan
tersebut di atas dengan jelas dapat dilihat posisi SIG dibandingkan sistem
informasi yang lain. SIG merupakan bagian dari sistem informasi spasial. Sistem
informasi spasial terbagi menjadi dua bentuk yaitu sistem informasi geografis
dan sistem informasi non geografis. Sistem informasi non geografis memiliki
obyek-obyek tanpa geokoding. Pada posisi ini Computer Assisted Drafting
(CAD) dibangun.
SIG merupakan
sistem informasi spasial yang memiliki topologi, geokoding, dan georeferensi.
SIG dipilah menjadi dua kelompok yaitu LIS ( Land Information System )
dan Non LIS. Non LIS biasa digunakan untuk berbagai analisis yang berhubungan
dengan aktifitas sosial, transportasi, ekonomi, dan politik seperti analisis
penempatan lokasi pemadam kebakaran, sekolah, pasar, rumah sakit dan lain-lain.
LIS berkaitan dengan sistem informasi lahan atau pertanahan. LIS dibagi menjadi
dua kelompok yaitu LIS berbasiskan persil dan tidak berbasiskan persil. LIS
berbasiskan pada persil dapat disamakan dengan Sistem Informasi Pertanahan yang
berbicara mengenai kepemilikan lahan dengan segala atributnya. Sistem informasi
ini juga dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengkajian kadastral. LIS
tidak berbasis persil merupakan sistem informasi yang mengkaji lahan tanpa
batas-batas persil seperti analisis sumber daya lahan. Aktifitas yang dapat
dimasukkan pada kelompok ini sebagai contoh adalah penelitian ilmiah,
perencanaan hutan, analisis longsor dan erosi, analisis bahaya banjir dan lain
sebagainya.
2.5 Subsistem dalam SIG
Dari definisi–definisi diatas maka SIG dapat diuraikan menjadi
beberapa subsistem, yaitu:
a.
Input
Input data merupakan proses identifikasi dan pengumpulan
data yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Proses ini terdiri dari
pengumpulan data, pemformatan ulang, georeferensi, kompilasi dan dokumentasi
data. Komponen masukan data mengubah data dari data mentah atau bentuk asli ke
suatu bentuk yang dapat digunakan SIG.
Data yang diperlukan untuk suatu kegiatan umumnya tersedia dalam berbagai bentuk yang
berbeda seperti: peta analog, tabel, grafik/diagram, set data digital asli,
peta, foto udara, citra satelit, hasil pengukuran lapangan dan format digital dari sumber lain. Keuntungan
yang diperoleh dengan penggunaan SIG adalah efisiensi dari integrasi dengan
lingkup yang luas dari berbagai sumber informasi menjadi format yang
kompatibel.
Input Basis data SIG
b.
Manipulasi
Penyesuaian terhadap data masukan untuk proses lebih
lanjut, misalnya, penyamaan skala, pengubahan sistem proyeksi, generalisasi dan
sebagainya.
c.
Manajemen Data
Digunakan Database Management System (DBMS) untuk
membantu menyimpan, mengorganisasikan, dan mengelola data.
d.
Query
Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer dapat
memberikan informasi untuk analisis dan memperoleh data yang diinginkan,
contoh:
·
Dimana daerah yang sesuai untuk
permukima baru?
·
Jenis tanah apa yang dominan
pada hutan pinus?
·
Jika dibangun jalan baru
bagaimana pengaruhnya terhadap lalu lintas?
e.
Analisis
Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh
informasi baru. Dengan pembuatan model skenario “ What if “. Salah satu
fasilitas yang banyak dipakai adalah analisis tumpang susun peta (overlay).
f.
Visualisasi
Penyajian hasil berupa informasi baru atau basisdata
yang ada baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam
bentuk : peta, tabel, grafik, dan lain-lain.
2.6 Komponen dalam SIG
• Komponen
posisi geografis, di mana komponen ini berupa sistem koordinat geografis
berbasis pada model matematis yang dapat ditransformasikan pada sistem yang
lain. Koordinat geografis menunjukkan lokasi fenomena yang sering digambarkan
dengan koordinat kartesius, easting-northing, ataupun latitude-longitude.
• Komponen
spasial, di mana komponen spasial ini merupakan suatu hubungan topologis antar
komponen dari entitas data spasial seperti hubungan antara titik dengan titik,
titik dengan garis, titik dengan area garis dengan garis, garis dengan area,
dan area dengan area yang lainnya. Hubungan ini menjelaskan posisi relatif
suatu fenomena, kaitan sebab akibat fenomena, arah, keterkaitan, dan lain-lain.
• Komponen
atribut, di mana komponen atribut merupakan data deskribtif dari sebuah obyek
data spasial. Komponen atribut ini dapat berupa data tabular, data deskriptif
(seperti laporan dan sensus), gambar, grafik, bahkan foto atau data video.
Atribut memberikan penjelasan mengenai kualitas dan kuantitas fenomena.
• Komponen
waktu, di mana komponen waktu merupakan informasi fenomena antar waktu dari
data spasial tersebut. Fenomena dijelaskan dengan pembandingan fenomena yang
sama dalam waktu yang berbeda, dari satu waktu ke waktu yang lainnya. Komponen
ini memberikan penjelasan mengenai berbagai kemungkinan perubahan dan
perkembangan kualitas ataupun kuantitas data spasial. Dengan komponen informasi
geografis ini, SIG mampu memberikan gambaran yang komprehensif tentang sebuah
fenomena data spasial baik dari sisi lokasi, keterkaitannya dengan fenomena
spasial lain, kualitas dan kuantitas fenomena dan perubahannya antar waktu.
Pendekatan
ini tentunya sangat baik untuk sebuah analisis kewilayahan saat ini ataupun
prediksi-prediksi di masa mendatang.
Keterkaitan data
spasial dengan data atribut
SIG
menggunakan peta sebagai dasar analisis spasial dengan dipadukan berbagai data
atribut. Data spasial dan atribut ini dalam bentuk digital. SIG menggunakan
data digital berbasis komputer dalam prosesnya, sehingga memungkinkan kemudahan
pengolahan dan perubahan dimasa yang akan datang. Pada SIG modern saat ini,
banyak tipe data yang dapat diakses dan diolah oleh sistem, disamping data
vektor yang banyak digunakan pada SIG. Data raster seperti foto, citra satelit
atau bahkan data video dapat diaplikasikan dalam SIG. Kemampuan mengolah tipe
data ini memberikan nilai lebih pada SIG dalam penyelesaian permasalahan data
spasial. Dengan kemudahan dan kemampuan ini, didapatkan banyak keuntungan
dengan aplikasi SIG dalam analisis data spasial. Hal ini dibuktikan dengan
semakin banyaknya pengguna baik perorangan ataupun instansi yang menerapkan SIG
sebagai alat ataupun cara pandang penyelesaian kasusnya.
2.6 Jenis Data yang
Digunakan dalam SIG
Telah
dijelaskan di awal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari
berbagai komponen. Tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan
perangkat lunaknya, tapi harus tersedia data geografis yang akurat dan
sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan
menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG. Sebagian besar data
yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial, data yang
berorientasi geografis. Data ini memiliki sistem koordinat tertentu sebagai
dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang berbeda dari data
lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut) yang
dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik
koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya
informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi nonspasial, suatu
lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya. Contoh jenis
vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Secara
sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam
SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu data vektor
merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area
(daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang
sama), titik dan nodes (titik perpotongan antara dua buah garis).
Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam
merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna
untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data
batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan
hubungan spasial dari beberapa feature. Namun kelemahan data vektor yang utama
adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. Data raster
(disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem
penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai
struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data
raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan
kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi
yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi
yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster
sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,
seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya.
Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file. Semakin tinggi
resolusi grid-nya, semakin besar ukuran filenya, dan ini sangat bergantung pada
kapasitas perangkat keras yang tersedia.
Masing-masing
format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang
digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume
data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam
analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi
dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematis.
Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih
besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara
matematis
2.7 Sumber-sumber Data
dalam SIG
a.
Survei Lapangan
Dalam pencarian data dalam SIG dengan survei lapangan
meliputi survei fisik, lahan, dan survei sosial ekonomi. Dalam survei fisik
lahan diantaranya surveying dan pengukuran dengan alat GPS, total station, dan
alat ukur lapangan lain, sedangkan pada survei sosek merupakan pencarian data
atribut, biasanya digunakan metode sampling dan sensus.
b.
Peta Publikasi
Peta Dasar merupakan hal yang vital dalam pengolahan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Adapun peta publikasi yang dpat digunakan
sebagaipeta dasar yaitu Peta RBI, Topografi, Peta Tematik, seperti Peta Tanah,
Peta Geologi, Kehutanan, Peta Lereng, Peta Hujan dan lain sebagainya yang
berasal dari dari BPN, bakosurtanal, PU, dan sebagainya.
c.
Citra Pengindraan Jauh
Data produk pemetaan dari foto udara atau citra satelit,
dengan teknik fotogrametri atau pengolahan citra digital. Dalam penggunaan
citra pengindraan jauh harus sudah merupakan hasil interpretasi dan dibuat peta
tematik.
2.9 Analisis data spasial
SIG
Analisis data spaisal SIG yang dapat dilakukan melalui
Geographical information system (GIS) yakni Analisa Proximity, merupakan suatu
geografi yang berbasis pada jarak antar layer. Dalam analisis proximity GIS
menggunakan proses yang disebut dengan buffering (membangun lapisan pendukung
sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hubungan antara
sifat bagian yang ada. Selain itu terdapat Analisa Overlay, di mana proses
integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay.
Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun
secara fisik agar bisa dianalisa secara visual.
BAB III
LANGKAH KERJA
3.1. Desain Basis Data ( Membangun Geodatabase )
Langkah membangun geodatabase
1) Buka ArcCatalog
2) Buatlah folder terlebih dahulu di C:\
dengan nama latihan
3) Kemudian buat personal geodatabase di
dalam folder latihan. Beri nama sesuai dengan database yang akan dibuat,
misalnya: dataDIY.mdb
4) Untuk memudahkan dalam penyimpanan data,
aturlah direktori keluaran data (data environment) olahan yaitu dengan
klik ArcToolbox.
5) Kemudian klik kanan pada ArcToolbox, pilih
Environment
6)
Aturlah current workspace ke
geodatabase yang anda inginkan.
Ø Abaikan scratch workspace, langsung saja ke coordinate system, pilih
As Specified Below. Klik
tanda di sebelah kanan, maka akan
muncul Spatial Reference Properties.
Ø Pilih select, arahkan ke Projected, pilih
UTM, pilih WGS 84, untuk Yogyakarta, pilih Zona 49S, klik ok.
Untuk
mempermudah dalam mengisikan attribut data pada tahap selanjutnya, maka gunakan
domain pada geodatabase untuk menentukan field yang dibutuhkan. Klik kanan pada
geodatabase.
7) pilih properties. Akan muncul Database
Properties seperti di bawah ini :
8)
Buatlah
domain seperti pada buku petunjuk. Pada field type
pilihlah text.
9) Isikan pada coded values seperti dalam
buku petunjuk.
10)
Setelah
selesai membuat domain pada geodatabase, kemudian buatlah Feature Datasets di
dalam geodatabase dengan nama Peta Dasar dan Peta Tematik. Klik kanan pada geodatabase, pilih New → Feature Datasets…..
Kemudian klik next,
aturlah Coordinate System dengan memilih Projected Coordinate System →UTM→WGS
1984→WGS 1984 UTM Zone 49S.
Selanjutnya klik Finish. Lakukan langkah yang sama untuk membuat
Feature Datasets dengan nama Peta Tematik
11)
Buatlah Feature Class baru di
dalam Feature Datasets Peta Tematik.
Akan muncul New Feature
Class sebagai berikut:
Pertama
buatlah Feature Class dengan nama Hujan. Isi Alias dengan nama Peta Hujan.
Pada Type, pilihlah Polygon Features.
Kemudian
klik Next, maka akan muncul kotak dialog sebagai berikut :
Klik Geometry
pada Data Type, pilihlah Polygon pada Geometry Type di Field
Properties. Tambahkan pada Field Name antara
lain :
®
Kelas_Hujan (Text)
®
Intensitas_Hujan (Text)
®
Klasifikasi_Hujan (Text)
®
Skor_Hujan
(Short Integer)
Klik Finish.
Lakukan langkah yang sama untuk membuat Feature
Class dengan nama
Lereng dan Tanah. Field Name yang ditambahkan
seperti pada buku petunjuk.
Selanjutnya
buatlah Feature Class baru dengan Type Annotation
Features di dalam Features Datasets Peta Tematik. Beri nama Anno_hjn dengan
alias Annotasi Peta Hujan. Klik Next. Beri tanda centang (v) pada
Link the annotation to following feature class. Pilih hujan.
Kemudian klik Next
1)
Isikan
Reference Scale pada skala 1:500.000. Kemudian klik Next.
2)
Ubahlah
Default menjadi Kelas Hujan dengan klik Rename.
3)
Pilih
Kelas_Hujan pada Label Field.
4)
Aturlah
text dengan huruf Arial ukuran 8
5) Pilihlah posisi Horizontal pada Position
. . .
6)
Klik Next
7)
Klik Finish
Gunakan langkah
yang sama untuk membuat Annotasi lereng dan Annotasi tanah.
3.2.
Input Data Grafis
Georeferencing Data
1) Buka program Arc Map dari start menu ->
Programs -> Arc GIS -> Arc Map.
2) Untuk menampilkan peta yang akan
diregistrasi pilih icon add.
3) Setelah peta ditampilkan maka langkah
selanjutnya adalah mengaktifkan tool bar Georeferencing. Klik kanan mouse pada
lokasi tool bar yang kosong kemudian pilih georeferencing.
4)
Fungsi-fungsi icon pada tool
bar Georeferencing.
5) Untuk menentukan titik kontrol maka icon yang
dipilih adalah Dimana X (hijau) merupakan source (koordinat image) dan X (merah) merupakan destination (koordinat sebenarnya)
6) Titik kontrol yang dipilih
atau dibuat minimal 4 buah.
7) Setelah mendapatkan 4 buah
titik kontrol maka langkah selanjutnya memasukan koordinat peta (destination)
dengan cara mengklik icon. Pengisian koordinat destination juga dapat dilakukan
dengan cara klikklik kanan pada saat menentukan control point (klik kiri untuk
source kemudian klik kanan untuk destination) kanan pada saat menentukan
control point (klik kiri untuk source kemudian klik kanan untuk destination)
8) Setelah koordinat peta
dimasukkan maka peta yang akan didigitasi telah memiliki koordinat yang
sebenarnya. INGAT!!!! setelah memasukkan koordinat peta, klik OK. Kemudian
klik “Georeferencing Update Georeferencing”.
Digitasi on Screen
1. Setelah persiapan diatas
(registrasi peta dan pembuatan theme baru) selesai maka kini anda telah siap
melakukan digitasi layar dengan Arc Map.
2.
Tampilkan peta yang sudah diregistrasi
dan theme baru yang telah anda buat dengan mengklik icons .
3.
Aktifkan tool bar editor dengan
cara mengklik icon atau dengan cara klik kanan mouse pada tools bar kosong dan
pilih editor.
4.
Langkah selanjutnya adalah
menselect theme baru kemudian pada tools bar Editor klik editor -> start
edit
5.
Setelah theme baru pada
keadaaan siap diedit maka anda sudah dapat melakukan digitasi dengan
cara pilihan
menu Task :
·
Reshape feature : merubah bentuk featur yang terselect
·
Cut Polygon feature : untk memotong-motong suatu poligon menjadi beberapa bagian.
·
Mirror feature : pencerminan suatu featur yang terselect pada sebuah garis.
·
Extend/trim feature : memperpanjang atau memotong garis yang terselect.
·
Modify feature : meneruskan digitasi suatu featur yang terselect
·
Anda
juga dapat mengaktivkan snaping dengan cara
Kemudian akan
muncul:
Beri tanda centang pada tipe
snaping yang anda inginkan
Konversi
Raster ke Vektor Menggunakan ArcScan
1. Aktifkan ArcScan dengan cara klik kanan
pada tool bar, kemudian klik pada ArcScan
2.
Klik
kanan pada peta raster, kemudian masuk properties. Masuk ke Tab Symbology, pada show, pilih Classified,
ubah menjadi dua klas. Lalu klik OK.
3.
Sama seperti melakukan proses
digitasi on screen, terlebih dahulu dilakukan “start editing” pada editor,
kemudian pilih target theme yang akan didigitasi.
4.
Jika ArcScan belum aktif, maka
masuk ke menu Tools -> Extensions. Kemudian beri tanda centang pada ArcScan.
5. Pada ArcScan, pilih data raster yang
akan digunakan sebagai sumber 1), kemudian memulai digitasi menggunakan vectorization
trace 2)
Koordinat Geometri (cogo)
1.
Menyiapkan
GPS
2.
Menentukan jalur yang akan
dilewati (polygon = keliling
fakultas, linear = jalan, titik = sumur)
3.
Menentukan
tiap titik koordiat yang dilewati
4.
Memasukkan
data ke dalam notepad
5.
Memasukkan
data notepad pada ArcMap
6.
Akan
terlihat hasil data yang telah dimasukkan ke dalam ArcMap
Data Langsung dari GPS (live
digitizing with GPS)
a. Menyiapkan GPS yang ada pada PDA
b. Menentukan jalur yang akan dilewati
c. Mencatat kondisi dan lebar jalan pada GPS
setiap terjadi perubahan kualitas jalan.
d. Plotting dilakukan sampai kembali pada
titik awal
3.3. Editing Data Atribut (Tabel)
a.
Membuka dan Menampilkan Data Atribut
1.Tampilkan data spasial yang akan diedit atributnya
2. Untuk membuka data atribut, pilih layer
yang akan dilihat data atributnya, klik kanan, pilih Open Attribute Table…
b.
Menambah, Mengisi dan Menghapus Field
1.
Untuk
menambah Field pada tabel, klik Option Add Field…
Catatan : Untuk menambah Field dalam tabel, data View harus dalam keadaan
tidak Start Editing, berbeda ketika mengisi data, data View harus dalam keadaan
Start Editig, cek dengan cara klik Editor pada Editor Toolbar,
Editing dalam posisi Enable.
2. Kemudian isikan nama Field dan Type dari
data yang akan ditambahkan, misalnya Field Klasifikasi_hujan dengan Type
datanya adalah Text, kemudian klik OK
Buat juga Field keterangan untuk data yang lain
pada peta Lereng dan peta Tanah. Antara lain :
Klasifikasi dan Skor Hujan
Klasifikasi dan Skor Lereng
Klasifikasi dan Skor Tanah
3. Untuk mengisi baris pada Field yang telah
dibuat, aktifkan dahulu data View yang ditambahkan datanya, dengan cara klik Editor -> Start Editing pada Editor Toolbar, jika semua data telah diisi,
klik Editor -> Stop Editing. Simpan hasil editing
atribut dengan klik Save Edit pada Editor Toolbar atau setelah Stop
Editing pilih Yes.
4.
Menghapus Field yang telah
dibuat dapat dilakukan dengan klik kanan pada bagian atas kolom (Field) yang
akan dihapus, pilih Delete Field
3.4.
Pengolahan Data Tabuler
i.
Mengisi Data
Berdasarkan Domain pada Geodatabase
Selain mengisi data atribut secara
langsung, dapat juga mengisi atribut berdasarkan Domain yang telah dibuat pada
saat membangun Geodatabase.
1.
Buka ArcCatalog dari Start
Menu windows
2.
Klik kanan pada Feature Class
yang akan diisi data atributnya, akan muncul box Feature Cass Properties,
aktifkan Tab Fields
3.
Pilih atribut yang akan diisi
datanya dengan klik salah satu Field pada Field Name, kemudian edit Field
Properties pada bagian Domain isi dengan salah satu Domain yang telah dibuat
pada saat membangun Geodatabase
Lakukan
langkah no.3 untuk semua Field yang ada dan mempunyai Domain yang sesuai pada
saat membangun Geodatabase.
4.
Jika semua Field telah
disesuaikan dengan Domain pada Geodatabase, dalam mengisi atribut tinggal
memilih data yang sesuai tanpa harus mengisi secara 3langsung
ii.
Join Data Atribut
1)
Buka data View yang akan
digabungkan data atributnya dari ArcMap. Misalnya pada data Podes DIY
2)
Klik kanan data View desaDIY,
pilih Join and Relates Join…
Akan muncul window Join Data
3)
Pada window Join Data, isikan
tiga baris yang kosong untuk mendefinisikan data yang akan digabung.
|
Dasar dari penggabungan (join) data masih sama, di mana menggunakan
data pada Field (kolom) yang sama isi data dan tipe file antara data View
dengan Database yang akan digabungkan.; misalnya dalam petunjuk ini menggunakan
data desa_DIY digabungkan dengan podes_diy1.dbf, menggunakan Field KODE_DESA
sebagai acuan.
4)
Jika
semua data telah diisi, klik OK. Tampilkan data
hasil join dengan membuka atribut data View.
Pada hasil penggabungan data,
ditampilkan sumber dari field yang ditampilkan, misalnya kolom podes_diy1.JMLH_RMH_T,
hal ini menunjukkan kolom data dengan nama JMLH_RMH_T berasal dari
database podes_diy1.dbf
5)
Data hasil join dapat
digabungkan lagi dengan data lain, dengan langkah no.2 dan 3.
6)
Penggabungan data dapat juga
dilakukan melalui properties data, dengan cara klik kanan data View, pilih Properties,
aktifkan tab Join&Relates, klik Add…, kemudian lakukan
langkah yang sama seperti no.3 dan klik OK
7) Jika ingin menyimpan data hasil
penggabungan lakukan ekspor data, klik kanan pada data View, pilih Data -> Export Data…
8) Data yang telah digabungkan dapat juga dipisahkan
kembali. Klik kanan data View Join and Relates Remove Join(s) pilih data yang
akan dipisahkan
3.5. Penelusuran (query) Data
dalam Basis Data Overlay
1)
Untuk melakukan Query, buka
atribut dari data View yang akan digunakan
2)
Klik Option Select
By Attributes…
3)
Akan muncul window Select By
Attributes
4)
Tuliskan permintaan data yang
akan dicari atau ingin diketahui berdasarkan data atribut yang ada dengan
fungsi yang tersedia, kemudian klik Apply
5)
Secara otomatis data akan
terpilih. Data yang terpilih dapat dilihat pada atribut. Untuk memudahkan
melihat data yang terpilih klik Selected sehingga data yang terpilih
saja yang ditampilkan
Mengisi atribut menggunakan calculate. Untuk mempermudah
mengisi data stribut hasil analisis dari kolom lain dalam satu data atribut,
dapat menggunakan fasilitas calculate.
1. Buat satu kololm yang akan diisi, misalnya
skor_total
2. Dari bagian atas field klik kanan pilih
calculate values…
Akan muncul widows field calculator,
isikan skor total berdasarkan jumlah dari skor_tanah, skor_hujan, dan
skor_lereng, klik OK
3.6. Overlay Peta
Overlay Poligon dan Dissolve (Polygon overlay and dissolve)
Overlay
poligon dan teknik dissolve meliputi komposit (integrasi) atau ekstraksi
(dis-integrasi) dari multi peta (dua atau lebih) untuk membuat sebuah data set
baru.
A. Overlay Poligon
Informasi/dataset/poligon baru dihasilkan
dari hasil interseksi batas-batas dari 2 atau lebih poligon dari poligon tiap
layer. Poligon baru hasil overlay ditandai oleh gabungan data atribut
poligon-poligon teroverlay (data atribut tambahan harus diberikan sebelum
dilakukan overlay). Untuk menterjemahkan hasil overlay perlu dibuat ‘model
interpretation’, contoh kesesuaian lahan/kemampuan lahan.
B. Membuat peta dari attribut tunggal, kebalikan dari
overlay kemampuan dissolve untuk membuat data attribut (attribut tunggal)
menjadi peta baru.
C. Overlay poligon untuk perhitungan luas, overlay yang
hanya mencari luas (area dan perimeter), data attribut lain tidak begitu
diperhatikan, ex : berapa luas sawah di kab. Sleman (hasil overlay peta
penggunaan lahan dan administrasi)
Tools untuk Overlay di ArcGIS terdapat
pada ArcToolbox yakni: Analysis Tools -> Overlay, sedangkan untuk proses dissolve terdapat
pada Data Management Tools
-> Generalization.
Overlaykan data hujan, lereng dan tanah
yang telah dibuat untuk membuat skor total dan penentuan Arahan Fungsi
Pemanfaatan Lahan (sesuai table klasifikasi di bawah). Berikut lokasi tools
intersect dan dissolve.
Ø Spatial Adjusment
a. Transformasi
1.
Buka ArcMap
2.
Tampikan Toolbar Spatial
Adjusment, dengan klik kanan pada toolbar
utama, pilih Spatial Adjusment.
3.
Tampilkan data polygon Simple
Parcel dan New Parcel dari folder
C:/arcgis/ArcTutor/Editor/EcerciseData/SpatialAdjusment/, dengan klik Add Data,
pilih Transform.mdb à
Simple Edit, kemudian klik Add
4.
Mulai editing, dengan klik
Start Editing pada Editor Toolbar, kemudian aktifkan mode Snapping.
5.
Mulai Adjusment dengan
menentukan data yang akan di adjust terlebih dahulu melelui Spatial Adjusment à Set Adjust Data...
6.
Pilih metode Transformasi,
melalui Spatial Adjusment à Adjusment
Method à Tranformation-Similarity.
7.
Buat Displacement Link, dengan
klik pada Spatial Adjusment Toolbar, and
button untuk Multidisplacement Link.
8.
Klik Adjust untuk
mentransformasi data yang telah dipilih.
b. Rubbersheet
1.
Tampilkan data pilih rubbersheet.mdbàTransportation,
2.
Mulai editing, dengan klik Star
Editing pada Editor Toolbar. Kemudian aktifkan mode Snap pada semua feature
yang ada.
3.
Mulai Adjusment dengan
menentukan data yang akan di-adjust terlebih dahulu melalui Spatial Adjusmentà Set Adjust Data...
Pilih ImportStreet kemudian klik OK.
4.
Pilih metode Transformasi,
melalui Spatial Adjusment à
Adjusment Methodt à
Rubbersheet. Buat Displacement Link, dengan klik pada Spatial Adjusment
Toolbar, atau button untuk Multidisplacement Link.
5.
Buat Displacement Link, dengan
klik
pada
Spatial Adjusment Toolbar, atau button
untuk Multidisplacement Link.
6.
Klik Adjust untuk
mentransformasi data yang telah dipilih.
c. Edge Map
1. Tampilkan data EdgeMap.mdb à
water, kemudian klik Add...
2.
Mulai editing, dengan klik Star
Editing pada Editor Toolbar. Kemudian aktifkan mode Snap pada semua feature
yang ada.
3.
Mulai Adjusment dengan
menentukan data yang akan di-adjust terlebih dahulu melalui Spatial Adjusmentà Set Adjust Data...
Pilih Steramnorth dan SteramSouth,
kemudian klik OK.
4.
Pilih metode Transformasi,
melalui Spatial Adjusment à
Adjusment Methods à Edge
Snap
5.
Buat Displacement Link antar
SteramNorth dan StreamSouth dengan menggunakan button
(Edge
Snap). Drag kursor antara pertemuan garis StreamNorth dan SteramSouth sampai
muncul endPoint.
6.
Klik Adjust untuk
mentransformasi data yang telah dipilih.
Ø Displaying Data (Layout)
Untuk menampilkan data di view layout,
klik di menu view dan pilih layout view kemudian toolbar layout akan muncul.
Tool ini dapat digunakan untuk navigasi di sekitar layout peta. Unsur – unsur peta
dapat diatur dalam berbagai ukuran kertas dan orientasi kertas dapat landscape
atau portrait. Lebih baik kita menentukan hal ini lebih dahulu sebelum memulai
proses layout peta. Ukuran peta dan orientasinya dapat dipilih dengan klik pada menu file dam
pilih page and print setup. Dialog box print and page setup akan muncul.
1.
Menambahkan
Legenda dengan mengklik menu Insert dan memilih opsi Legend. Kemudian muncul
dialog box Legend Wizard
Secara default,
legenda mencakup semua layer dalam peta dan jumlah kolom legenda menjadi satu.
Untuk memilih layer mana yang akan ditampilkan dalam legenda , yaitu dengan
memilih layer dari Map Layer box dan klik tanda panah (>>). Layer yang
terpilih akan ditampilkan dalam box Legend Items. Sesudah memilih, mengklik
tombol Next dan frame wizard yang kedua akan muncul.
Dalam frame ini yaitu memasukkan judul legenda,
mengatur properties, dan mengatur posisi judul. Kemudian menekan tombol Preview untuk melihat sampel legenda
yang tampil di peta. Sebelum ke frame dialog Legend Wizard berikutnya,
kita harus mengklik tombol Preview
lagi. Setelah semua parameter terpilih mengklik Next.
Dalam frame ini yaitu memilih Legend
Frame Border, Background Color, dan Drop Shadow. Setelah memilih,
menekan tombol Next. Lalu frame
berikutnya akan muncul.
Dalam frame ini, yaitu mengubah Size dan Shape
dari patch simbol yang digunakan untuk menampilkan kembali feature garis dan
poligon dalam legenda. Sesudahnya, tekan
Next lalu frame terakhir akan muncul.
Dalam frame ini yaitu mengubah spasi antara
komponen yang berbeda dari legenda. Kemudian klik tombol Finish. Lalu tampilan layout akan ter-update, dan kita dapat
me-resize
dan memindah box legenda ke lokasi yang diinginkan.
2. Setelah itu, mencantumkan (memasukan) Sumber
Peta.
3. Lalu memasukkan Logo UGM (dari Insert Picture,
from File) di sebelah pojok kiri bawah dan Nama si Pembuat Peta di sebelah
kanan logo tersebut.
4. Lalu memberi Grid (Measurement Grid) pada Peta
tersebut, dan memberi border pada Grid tersebut agar tampilan layout lebih
menarik. Grid-grid
tersebut juga dapat diganti
warnanya, tidak hanya hitam saja.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Hasil Praktikum
1)
Peta Administrasi Provinsi DIY
Skala 1 : 500.000 (terlampir)
2)
Peta Curah Hujan Provinsi DIY
Skala 1 : 500.000 (terlampir)
3)
Peta Jenis Tanah Provinsi DIY
Skala 1 : 500.000 (terlampir)
4)
Peta Kemiringan Lereng Provinsi
DIY Skala 1 : 500.000 (terlampir)
5)
Peta Arahan Penggunaan Lahan Provinsi
DIY Skala 1 : 500.000 (terlampir)
6)
Peta
Persebaran Masjid Provinsi DIY
7)
Peta COGO
Sekitar Puspics
DAFTAR
PUSTAKA
Tim penyusun, 2009. Petunjuk Praktikum Sistem Informasi Geografis.
Yogyakarta : Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Anas, 2009.Modul
ArcGIS 9.x. Yogyakarta : Lembaga Bimbingan Software
Geografi, “ AfGIS”.
Dulbahri. 1993. Sistem Informasi
Geografis. Yogyakarta: PUSPICS Fakultas Geografi UGM.
Purwanto, Taufik Hery. 2010. Modul Praktikum SIG I. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-konsep
Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung: CV. Informatika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar